Masa kecil dan riwayat pendidikan salahuddin al ayyubi
Masa kecil dan riwayat pendidikan salahuddin al ayyubi
MASA KECIL
Pada tahun 532 H, lahirlah seorang Sultan an-Nashir Shalah Yusuf bin
Ayyub bin Syari di benteng Tikrit.
Nama lengkapnya al-Malik al-Nasir al-Sutan
Shalah al-Din Yusuf bin najm al-Din Ayyub. Orang Eropa menyebutnya
Saladin. Ia berasal dari suku Kurdi (didataran tinggi Iran bagian Barat) dari
keluarga penganut madzhab Sunni yang taat.
Saat Shalahuddin lahir, Kota Baitul Maqdis berada dalam kekuasaan
tentara Salib. Sudah hampir empat puluh tahun, Kota Baitul Maqdis dijajah kaum
Salib yang menang dalam perang Salib pertama. Kemudian ketika Shalahuddin
lahir sang ayah menjadi salah satu penguasa Saljuk di Tikrit. Waktu itu, pemimpin besar yang berkuasa di Saljuk bernama Imaduddin az-Zanki, Gubernur Saljuk
untuk kota Mosul, Irak.
Imaduddin az-Zanki sangat memuliakan keluarga
Najmudin. Karena itu, Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat.
Ketika Shalahuddin berusia dua tahun, ayahnya diangkat menjadi
Gubernur Balbek.
Pada tahun 534 H / 1139 M, Imaduddin Zanki berhasil
menaklukkan dan merebut wilayah Balbek, Lebanon. Kemudian, ia mengangkat
Najmuddin Ayyub menjadi Gubernur untuk wilayah yang baru di taklukkan itu.
Selain itu, Najmuddin juga menjadi pembantu dekat Raja Syria, Nuruddin
Mahmud.
Di wilayah Balbek inilah Shalahuddin tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang bertakwa, pintar, dan berani. Shalahuddin memperoleh
pendidikan pertama dari ayah dan keluarganya.
RIWAYAT PENDIDIKAN
Shalahuddin menjalani kehidupan masa kecilnya di Balbek 534 H / 1140 M.
Sebagaimana kebiasaan anak-anak di kota itu, ia selalu mendatangi tempat-
tempat kajian untuk belajar membaca, menulis, serta menghafal Al-quran.
Pada usia 14 tahun, ia melanjutkan pendidikannya ke Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni.
Di Damaskus, ia berada di lingkungan istana Sultan Nurrudin selama sepuluh tahun lamanya.
Dimana ia mempelajari tata Bahasa Arab, retorika, dan teologi Islam.
Pendidikannya di awali dengan mempelajari Al-quran, hadis, fiqih,
nahwu, tarikh, luga, dan adab (sastra). Shalahuddin sendiri adalah ahli fiqih.
Ia belajar fiqih madzhab Syafi’i dan hadist dari Abu Thahir as Silafi dan ulama lainnya.
Sementara orang-orang yang berguru kepadanya juga cukup banyak
seperti Yunus bin Muhammad al Fariqi, ‘Imad al katib dan lain-lain. Ada yang
menyatakan bahwa Shalahuddin hafal Al-quran, kitab at Tanbih dalam bidang
fiqih dan al Hamasah dalam bidang puisi. Selain bidang agama Shalahuddin
juga mempelajari olah raga bola kaki, berburu dan menunggang kuda.
Latihan dalam menunggang kuda dan melempar panah, kegemarannya berburu, dan latihannya dalam operasi perang, kelak semua ini akan membantunya pada saat
pertempuran dalam memimpin pasukan dan menyikapi jalan masalah dengan
bijak dan aman.
Ayah dan pamannya juga mengajarkannya ilmu kesatriaan,
berenang, bela diri, dan seni perang. Dapat dikatakan, Shalahuddin tumbuh menjadi besar dan mendapatkan
pendidikan di lingkungan keluarga dengan belajar keahlian di bidang politik dari ayahnya.
Selama hidup bersama ayahnya, ia belajar seni-seni memerintah dan
mempunyai sifat yang mulia. Ayahnya pun merasa gembira karena melihat
Shalahuddin selalu menjadi anak yang unggul daripada teman-temannya disamping itu, pada diri Shalahuddin juga tampak tanda-tanda kepemimpinan dan
jiwa yang besar dan mulia
Semasa mudanya, Shalahuddin telah dipengaruhi oleh Sultan Nuruddin Mahmud yang telah memperlihatkan contoh yang indah dalam keikhlasan tanpa pamrih dan perasaan yang tajam terhadap persoalan-persoalan agama. Darinya, ia mempelajari keikhlasan dan pengorbanan, serta bagaimana bermunajat kepada Allah dalam shalat, khususnya di waktu-waktu perang untuk mempersiapkan bekal yang kuat dalam menghadapi jihad. Darinya, ia mewarisi kepemimpinan dalam perencanaan yang islami, mempelajari bagaimana menghadapi penyebarluasan paham Syiah Rafidhah dan ekspansi pasukan salib
Sedari kecil ia sudah sudah menunjukkan kecerdasan dan keluhuran budi pekerti. Meskipun Shalahuddin kecil lebih suka belajar ilmu agama daripada
kemiliteran, keadaan memaksanya ikut latihan kemiliteran sejak kecil. Shalahuddin memulai kariernya di dunia militer pada usia 16 tahun (1164 M). Ia
dikirim oleh Gubernur Nurrudin ke Mesir untuk membantu Dinasti Fatimiyah melawan serangan tentara salib bermarkas di Palestina. Hingga tahun 1169 M, Shalahuddin menjalankan tiga misi serupa.
Di usia yang masih muda (21 tahun), Shalahuddin sudah mengukir sejumlah prestasi. Pada tahun 1169 M dirinya diangkat menjadi panglima Syria
sekaligus sebagai pejabat tinggi (wazir) Dinasti Fatimiyah, Mesir.
Dengan kepemimpinannya, Shalahuddin mereformasi ekonomi dan militer sehingga perekonomian di wilayah Fatimiyah menjadi makmur dan tentaranya pun kuat.
Tak anehnya pasukannya mampu mengusir pasukan salib dari Mesir.
Karir Shalahuddin terus menanjak di jalan kemuliaan, ia tumbuh dengan kepandaian menunggang kuda, berlatih perang dari jihad, menekuni politik dan
administrasi. Selama masa yang dihabiskan Shalahuddin di Damaskus, setelah Nuruddin Zanki berkuasa, kepribadiannya yang menonjol telah mulai terlihat. Ia dihormati dan mendapat penghargaan, bahkan ia memiliki kedudukan tersendiri
yang tidak dimiliki putra-putra bangsawan Damaskus sendiri.
MASA KECIL
Pada tahun 532 H, lahirlah seorang Sultan an-Nashir Shalah Yusuf bin
Ayyub bin Syari di benteng Tikrit.
Nama lengkapnya al-Malik al-Nasir al-Sutan
Shalah al-Din Yusuf bin najm al-Din Ayyub. Orang Eropa menyebutnya
Saladin. Ia berasal dari suku Kurdi (didataran tinggi Iran bagian Barat) dari
keluarga penganut madzhab Sunni yang taat.
Saat Shalahuddin lahir, Kota Baitul Maqdis berada dalam kekuasaan
tentara Salib. Sudah hampir empat puluh tahun, Kota Baitul Maqdis dijajah kaum
Salib yang menang dalam perang Salib pertama. Kemudian ketika Shalahuddin
lahir sang ayah menjadi salah satu penguasa Saljuk di Tikrit. Waktu itu, pemimpin besar yang berkuasa di Saljuk bernama Imaduddin az-Zanki, Gubernur Saljuk
untuk kota Mosul, Irak.
Imaduddin az-Zanki sangat memuliakan keluarga
Najmudin. Karena itu, Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat.
Ketika Shalahuddin berusia dua tahun, ayahnya diangkat menjadi
Gubernur Balbek.
Pada tahun 534 H / 1139 M, Imaduddin Zanki berhasil
menaklukkan dan merebut wilayah Balbek, Lebanon. Kemudian, ia mengangkat
Najmuddin Ayyub menjadi Gubernur untuk wilayah yang baru di taklukkan itu.
Selain itu, Najmuddin juga menjadi pembantu dekat Raja Syria, Nuruddin
Mahmud.
Di wilayah Balbek inilah Shalahuddin tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang bertakwa, pintar, dan berani. Shalahuddin memperoleh
pendidikan pertama dari ayah dan keluarganya.
RIWAYAT PENDIDIKAN
Shalahuddin menjalani kehidupan masa kecilnya di Balbek 534 H / 1140 M.
Sebagaimana kebiasaan anak-anak di kota itu, ia selalu mendatangi tempat-
tempat kajian untuk belajar membaca, menulis, serta menghafal Al-quran.
Pada usia 14 tahun, ia melanjutkan pendidikannya ke Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni.
Di Damaskus, ia berada di lingkungan istana Sultan Nurrudin selama sepuluh tahun lamanya.
Dimana ia mempelajari tata Bahasa Arab, retorika, dan teologi Islam.
Pendidikannya di awali dengan mempelajari Al-quran, hadis, fiqih,
nahwu, tarikh, luga, dan adab (sastra). Shalahuddin sendiri adalah ahli fiqih.
Ia belajar fiqih madzhab Syafi’i dan hadist dari Abu Thahir as Silafi dan ulama lainnya.
Sementara orang-orang yang berguru kepadanya juga cukup banyak
seperti Yunus bin Muhammad al Fariqi, ‘Imad al katib dan lain-lain. Ada yang
menyatakan bahwa Shalahuddin hafal Al-quran, kitab at Tanbih dalam bidang
fiqih dan al Hamasah dalam bidang puisi. Selain bidang agama Shalahuddin
juga mempelajari olah raga bola kaki, berburu dan menunggang kuda.
Latihan dalam menunggang kuda dan melempar panah, kegemarannya berburu, dan latihannya dalam operasi perang, kelak semua ini akan membantunya pada saat
pertempuran dalam memimpin pasukan dan menyikapi jalan masalah dengan
bijak dan aman.
Ayah dan pamannya juga mengajarkannya ilmu kesatriaan,
berenang, bela diri, dan seni perang. Dapat dikatakan, Shalahuddin tumbuh menjadi besar dan mendapatkan
pendidikan di lingkungan keluarga dengan belajar keahlian di bidang politik dari ayahnya.
Selama hidup bersama ayahnya, ia belajar seni-seni memerintah dan
mempunyai sifat yang mulia. Ayahnya pun merasa gembira karena melihat
Shalahuddin selalu menjadi anak yang unggul daripada teman-temannya disamping itu, pada diri Shalahuddin juga tampak tanda-tanda kepemimpinan dan
jiwa yang besar dan mulia
Semasa mudanya, Shalahuddin telah dipengaruhi oleh Sultan Nuruddin Mahmud yang telah memperlihatkan contoh yang indah dalam keikhlasan tanpa pamrih dan perasaan yang tajam terhadap persoalan-persoalan agama. Darinya, ia mempelajari keikhlasan dan pengorbanan, serta bagaimana bermunajat kepada Allah dalam shalat, khususnya di waktu-waktu perang untuk mempersiapkan bekal yang kuat dalam menghadapi jihad. Darinya, ia mewarisi kepemimpinan dalam perencanaan yang islami, mempelajari bagaimana menghadapi penyebarluasan paham Syiah Rafidhah dan ekspansi pasukan salib
Sedari kecil ia sudah sudah menunjukkan kecerdasan dan keluhuran budi pekerti. Meskipun Shalahuddin kecil lebih suka belajar ilmu agama daripada
kemiliteran, keadaan memaksanya ikut latihan kemiliteran sejak kecil. Shalahuddin memulai kariernya di dunia militer pada usia 16 tahun (1164 M). Ia
dikirim oleh Gubernur Nurrudin ke Mesir untuk membantu Dinasti Fatimiyah melawan serangan tentara salib bermarkas di Palestina. Hingga tahun 1169 M, Shalahuddin menjalankan tiga misi serupa.
Di usia yang masih muda (21 tahun), Shalahuddin sudah mengukir sejumlah prestasi. Pada tahun 1169 M dirinya diangkat menjadi panglima Syria
sekaligus sebagai pejabat tinggi (wazir) Dinasti Fatimiyah, Mesir.
Dengan kepemimpinannya, Shalahuddin mereformasi ekonomi dan militer sehingga perekonomian di wilayah Fatimiyah menjadi makmur dan tentaranya pun kuat.
Tak anehnya pasukannya mampu mengusir pasukan salib dari Mesir.
Karir Shalahuddin terus menanjak di jalan kemuliaan, ia tumbuh dengan kepandaian menunggang kuda, berlatih perang dari jihad, menekuni politik dan
administrasi. Selama masa yang dihabiskan Shalahuddin di Damaskus, setelah Nuruddin Zanki berkuasa, kepribadiannya yang menonjol telah mulai terlihat. Ia dihormati dan mendapat penghargaan, bahkan ia memiliki kedudukan tersendiri
yang tidak dimiliki putra-putra bangsawan Damaskus sendiri.
Belum ada Komentar untuk "Masa kecil dan riwayat pendidikan salahuddin al ayyubi"
Posting Komentar